Janji Setia untuk Kembali Bersama
Janji Setia
untuk Kembali Bersama
Oleh : M. Ariffur R.
Tampaknya hati ini benar-benar masih
kotor, masih keruh, masih belum legowo menerima hal-hal yang baik. Bukankah
sholawat itu baik, tapi kenapa telinga ini masih belum bisa menerima dan hati
ini masih belum mengakui bahwa itu baik. Sungguh sebegitu keruhnya hati ini.
Bukankah muratal dan tadarus al-qur’an itu sangat baik, tapi kenapa masih saja telinga ini risih mendengarnya dan hati ini belum mau mengakuinya. Sungguh sebegitu kelamnya hati ini.
Bukankah muratal dan tadarus al-qur’an itu sangat baik, tapi kenapa masih saja telinga ini risih mendengarnya dan hati ini belum mau mengakuinya. Sungguh sebegitu kelamnya hati ini.
Apa gunanya setiap hari mata dipaksa
untuk melihat tulisan-tulisan penuh akan nasehat, piwulang dan petunjuk akan
kebenaran, apa manfaatnya telinga setiap hari dijejali wejangan-wejangan sarat
akan pitutur-pitutur luhur dan untaian-untaian mutiara hikmah. Setiap pagi,
siang, sore dan malam mulut tanpa henti ber-ungkap tentang kebaikan dan
kebenaran, tapi tak sedikitpun hatimu tersingkap, setiap saat, setiap waktu
mulut kau biarkan berbusa untuk ber-ujar tentang keindahan, namun tak
sedikitpun membuat hatimu mewakili keindahan itu dengan cahaya.
Bukankah dulu matamu pernah berjanji
akan melihat keindahan, telingamu mendengar
kebaikan dan mulutmu ber-ucap
kebenaran, bukanah dulu hatimu pernah berjanji akan membenarkarkan keindahan,
membenarkan kebaikan, dan membenarkan kebenaran, tapi mengapa tak kau penuhi
janji-janji itu, kenapa malah kau ingkari semua itu. Sungguh sebegitu keruh dan
munafik-kah hati ini sehingga sulit mengakui suatu kebenaran.
Apa mungkin kita relakan saja
semuanya biar diambil kembali olehNya, tapi tidak mungkin, jangankan merelakan,
untuk mensyukuri nikmat yang sudah diberikan saja sulitnya minta ampun. Tetap
kita pakai saja semua itu sebagaimana mestinya, toh ada logika kita yang
bertanggung jawab atas apa yang mereka perbuat, dan ada hati kita yang melindungi
dan memantau mereka dari ancaman nafsu syahwati, jadi biarkan saja mereka tetap
bersama kita sampai nanti tiba saatnya kita semua bareng-bareng didawuhi untuk
kembali sebo dan menghadapNya dan masing-masing mempertanggung jawabkan apa
yang menjadi kebiasaan selama hidupnya.
Yogyakarta, 13 November 2014
0 Response to "Janji Setia untuk Kembali Bersama"
Post a Comment