Gaya Didik Para Pendahulu Dalam Mencetak Generasi Anak Zaman Sebuah Cerminan Nyata Bagi Tunas Muda Bangsa
Gaya Didik Para Pendahulu Dalam Mencetak Generasi Anak Zaman
Sebuah Cerminan Nyata Bagi Tunas Muda Bangsa
Selain “Bangsa besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa para
pahlawannya menurut saya “Bangsa yang mau mengapresiasi karya para
generasi mudanya” juga tidak kalah pentingnya dalam memperkuat landasan
bagi tegaknya bangunan Negeri ini, demikianlah kiranya dua hal yang harus benar-benar
berimbang, tidak berat sebelah dan tidak ringan sebelah lainnya sebagai beban penimbangnya.
Pernahkah terpikirkan dalam benak kita tentang hal itu? atau mungkin sama
sekali tak pernah sedikitpun muncul dalam angan kita untuk mencapai pemahaman
tentang hal itu? Saya kira tidak, saya yakin kita semua sudah dalam satu arah
pemahaman yang sama, yaitu sama-sama tau bahwa satu keping mata uang memiliki
dua sisi yang berbeda, satu nusa satu bangsa dan satu bahasa, namun tetap
memiliki hak masing-masing sebagai pembedanya, hak mendapatkan penghargaan atas
segala jasa-jasanya adalah milik para pejuang dan pendiri Negeri ini, sedangkan
hak mendapat apresiasi, dorongan dan motivasi adalah milik penerus dan pemegang
tongkat estafet Negeri ini.
Terlalu muluk dan terlalu tinggi bagi saya untuk membahas hal
tersebut, dan tentunya untuk saat ini saya juga tidak akan membahas hal yang sebesar
itu, namun yang akan saya bahas adalah hal yang mungkin masih ada kaitannya
dengan hal itu dalam konteks yang lebih kecil dan sederhana tentunya, yaitu
tentang “Gaya Didik Para Pendahulu Dalam Mencetak Generasi Anak Zaman, Sebuah
Cerminan Nyata Bagi Tunas Muda Bangsa”, kalau melihat kenyataan yang
dilahirkan oleh sejarah Negeri ini dengan para tokoh-tokoh besar sebagai
parameternya, pastilah kita akan disuguhi minimal dengan dua pertanyaan besar,
yaitu ; Apa kelebihan para pendahulu kita hingga mampu mencetak
generasi-generasi unggul? Dan model pendidikan seperti apa yang dipakai hingga
mampu membawa para generasinya menuju gerbang ketokohannya?
Kelebihan para pendahulu kita adalah adanya kemampuan, kesanggupan,
kemapanan dan pertahanan diri yang kuat dalam pribadi aslinya. Kemampuan adalah
merupakan wujud dari sifat kelihaian dan keterampilan diri dalam mengolah
semangat membentuk generasi yang memiliki daya abdi tinggi, dan dengan
terbentuknya jiwa pengabdi dalam diri generasi itulah nantinya akan lahir
semangat baru, dan begitu seterusnya. Kesanggupan merupakan sebuah tekad dan
keseriusan yang sangat kuat demi lahirnya sebuah generasi bangsa bermental layaknya
baja. kemapanan hati para pendahulu adalah tenangnya jiwa dan tawarnya
keinginan-keinginan dalam diri mereka, yang ada hanyalah keinginan memberi yang
terbaik bagi para penerus bangsanya. Pertahanan diri merupakan sikap antisipasi
dan perlindungan atas para penerusnya dari berbagai pengaruh lain yang bukan
dari dirinya. Dan kesemuanya itu merupakan saripati dari “Ing ngarso sung tulodho”. Itulah kelebihan para orang tua kita dalam mendidik
kita sebagai generasi penerusnya nanti, orang tua adalah orang yang lebih tua
dari pada kita baik kakek kita, bapak ibu kita, dan kakak-kakak kita, itulah
orang tua kita.
Sedangkan model atau gaya didik yang dipakai oleh para pendahulu
dalam membentuk generasi penerusnya adalah “Ing
madyo mangun karso” sebaik-baik
orang tua adalah mereka yang memiliki kerelaan diri atas para anak-anaknya
dalam menentukan arah kehidupannya masing-masing, serta terus memberikan
bimbingan dan pendampingan dengan baik, bebaskan mereka dari kakangan
kepentingan-kepentingan orang tua, dan jauhkan mereka dari keinginan-keinginan
kalian sebagai orang tua. Maka akan lahirlah tunas baru yang berdiri tegak dan
berjalan tegap di atas kaki-kaki kepercayaan dirinya sendiri “Laisal fataa man yaquulu ‘haadzaa abii’, walaakinnal fataa man
yaquulu ‘haa anaa dzaa’ “.“Bukanlah
seorang pemuda yang mengatakan ‘Ini Bapakku’, tetapi yang dikatakan pemuda
adalah mereka yang mengatakan ‘Inilah Aku’. Bukan lagi sebagai
generasi pendompleng nama baik orang tuanya. Dengan model didikan yang demikian
itulah akan lahir anak-anak zaman dengan kesiapan baru untuk menghadapi zamannya
bukan zaman orang tuanya.
Sebagai bingakai dari keduanya adalah kerelaan serta kerendahan hati kita dan juga kesadaran diri akan pentingnya suatu penghargaan dan penghormatan serta dorongan (spirit appreciation) yang selalu berimbang yang merupakan representasi dari “Tut wuri handayani”. Demikianlah cerminan nyata bagi kita para tunas bangsa yang dapat kita jadikan falsafah hidup dalam mengarungi derasnya gelombang zaman yang akan selalu mengintai kita dan sewaktu-waktu akan menggulung kita semua jika tanpa adanya keteladanan yang mampu kita ambil dari para pendahulu kita. Wallohua’lam dan
Semoga tulisan ini dibarengi dengan hidayahNya.
0 Response to "Gaya Didik Para Pendahulu Dalam Mencetak Generasi Anak Zaman Sebuah Cerminan Nyata Bagi Tunas Muda Bangsa"
Post a Comment