Wadjda (2012)
Oleh Ahmad Farid Mubarok
Film
ini menceritakan kisah seorang anak bernama Wadjda yang berharap bisa memiliki
sepeda sendiri sehingga dia bisa balapan dengan tetangga sekaligus temannya
Abeer. Satu-satunya masalah adalah bahwa Wadjda adalah seorang gadis, dan
perempuan dalam masyarakat Arab Saudi tidak naik sepeda karena dianggap mainan
anak laki-laki. Sebagaimana yang kita ketahui, kode moral Arab Saudi melarang
perempuan mengemudi, pergi keluar di depan umum tanpa pendamping, menentang
perintah suami mereka dengan cara apapun, dan sebagainya. Film ini
menggambarkan realitas kehidupan perempuan di Arab Saudi dengan cara yang
sangat menarik melalui sebuah cerita sederhana dan pribadi gadis kecil.
Melalui
film ini kita diperkenalkan kepada masyarakat dan budaya, dan khususnya,
perlakuan terhadap anak perempuan dan perempuan. Film ini relevan dengan
isu-isu masyarakat di Arab Saudi saat ini, sebuah negara yang mendeklarasikan
dirinya sebagai negara Islam. Saya tidak bisa mengatakan Wadjda tidak membawa
kritik agama atau tradisi atau apa pun, atau hanya menceritakan segala sesuatunya
secara terbuka tanpa penghakiman. Barangkali iya, meski kisah tetap
ditampilkan tanpa penghakiman berat, tapi pahit manisnya menjadi perempuan tetap
tidak bisa disembunyikan. Ada beberapa detail kecil yang membuat kesan besar,
misalnya bagaimana gadis dibawah umur harus menggunakan tisu untuk membalik
halaman Qur’an mereka; dan contoh-contoh diskriminasi terhadap wanita lainnya
yang dengan baik dan sangat halus diceritakan dengan cara yang tidak menghasut.
Wadjda
adalah film sederhana tentang seorang gadis kecil yang berani “memecahkan”
batas masyarakat dan tradisi untuk mencapai tujuannya. Wadjda, tokoh kita ini memang
sedikit memberontak, menginginkan sepeda meski dia harus berjuang sendiri untuk
mewujudkan mimpinya tanpa sedikitpun dukungan dari keluarga, atau contoh
lainnya dimana dia memakai sepatu basket di sekolah atau mendengarkan lagu rock.
Cerita menjadi menarik karena Wadjda bukan gadis yang dilahirkan untuk hanya siap
menerima nasib. Disini lalu kita menemukan tema yang universal tentang jiwa
manusia dan kekuatan kehendak yang digambarkan dengan baik melalui mata dan
senyum Wadjda.
Lalu
saya mengartikan keinginan Wadjda mewakili keinginan untuk kebebasan perempuan;
jadi keinginan anak perempuan untuk naik sepeda menjadi metafora untuk
kebebasan, yang menurut saya merupakan tema sentral dalam film ini.
0 Response to "Wadjda (2012)"
Post a Comment